Koneksi Antar Materi Modul 3.1



Oleh : Hasan Basri

CGP Angkatan 10 Kelas 168 SMP Negeri 1 Kadur Pamekasan

Pertanyaan Pemantik

Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).

Bob Talbert


1.      Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

        

Kutipan ini menyoroti pentingnya pendidikan yang holistik. Memang, mengajarkan anak-anak untuk menghitung (keterampilan dasar) adalah langkah awal yang baik. Namun, yang jauh lebih berharga adalah mengajarkan mereka tentang nilai-nilai, etika, dan apa yang benar-benar penting dalam hidup. Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya sebatas kognitif (pengetahuan), tetapi juga mencakup aspek afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Kutipan ini sangat relevan dengan konsep pendidikan karakter yang semakin digalakkan saat ini, kita harus mengedepankan etika sebagai dasar dalam pengambilan keputusan karena bersumber dari nilai-nilai kebajikan universal. Selain itu, keputusan yang kita ambil haruslah berpihak pada murid.

 

    

2.   Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

     

Nilai-nilai dan prinsip yang kita anut dalam pengambilan keputusan memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap lingkungan kita. Setiap keputusan yang kita buat, baik dalam skala kecil maupun besar, memiliki konsekuensi terhadap lingkungan sekitar. Maka daritu, setiap pengambilan keputusan memang harus dipikirkan terlebih dahulu konsekuensi jangka pendek dan jangka panjangnya.

 


3. Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

      

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita harus peka terhadap fenomena yang terjadi di sekolah kita dan harus mampu memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan utamanya dalam proses pembelajaran murid. Keputusan yang diambil haruslah sesuai dengan dasar pengambilan keputusan yaitu berpihak pada murid, bersumber pada nilai kebajikan universal dan bertanggungj awab. Dengan demikian secara tidak langsung kita telah memberikan contoh dan teladan kepada murid bagaimanam Mengambil keputusan yang bijak, arif dan bertanggung jawab.

 

  

4.     Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda. Education is the art of making man ethical. Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis. ~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

       

Pendidikan bertujuan membuat manusia dari tidak tahu menjadi tahu. Bukan sekedar tentang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi juga membentuk karakter. Dengan berlandaskan etika dalam berperilaku, akan menjadi  teladan dan akan mewarnai proses pembelajaran di kelas dan dalam pengambilan keputusan.        


PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI SEORANG PEMIMPIN.


1

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

 

Pratap Triloka dalam filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD) memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Semboyan yang pernah dicetuskan oleh KHD dan sampai saat ini masih menjadi landasan berpijak pendidik adalah Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (fiuru) harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya.

KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru harus memberikan teladan atau contoh praktik baik kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. fiuru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani.

KHD memberikan semboyan yang sangat fenomenal dan memiliki makna mendalam yang menjadi landasan dalam setiap pengambilan keputusan selalu berpihak kepada murid untuk menjadikan generasi cerdas dan berkarakter profil pelajar Pancasila. Implementasi dalam pembelajaran adalah segala konten dan proses pembelajaran hendaknya berpihak pada murid. fiuru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, namun juga guru mentransfer nilai -nilai kebajikan dapat kita sampaikan secara terus menerus dengan eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan disetiap pengambilan keputusan.

2

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip- prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

      

 

Sebagai pendidik, fiuru harus memiliki nilai-nilai positif yang mampu menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.

Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan. Sebagai manusia yang beragama, kita yakin apapun yang kita lakukan, kelak akan dimintai pertanggungjawaban, begitu pula dengan pengambilan keputusan. Nilai

kejujuran, integritas sebagi pendidik akan tergambar dalam keteladanan dan kebijakan – kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan.

Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi social emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.

     

3

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan- pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.


 

Dalam materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran, saya merasa bahwa pengambilan keputusan yang saya lakukan sudah efektif. Dalam koneksi materi pengambilan keputusan dengan keterampilan coaching, di sini coach harus memiliki keterampilan menggali kemampuan orang lain dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi coachee. Keterampilan coaching tersebuat diantaranya yaitu: mampu memberikan pertanyaan yang berbobot, memiliki pembawaan yang positif, kemampuan mendengarkan dan memotivasi, bisa memandu percakapan, berkomitmen untuk terus belajar. Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan dengan menggunakan metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T: Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana aksi, dan TA: Tanggung jawab.

Lanjut dengan pertanyaan berikutnya, di sini saya merasa bahwa kegiatan coaching yang diberikan fasilitator membantu saya berlatih mengevaluasi pilihan yang saya buat. Apakah keputusan yang saya buat itu sudah berpihak pada siswa, apakah sudah sesuai dengan kebajikan universal, apakah keputusan itu dapat dipertanggung jawabkan? fiuru harus dapat menggali potensi siswanya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehingga mereka dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk memecahkan masalahnya sendiri. Keterampilan coaching membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan untuk memprediksi hasil dan pilihan yang berbeda untuk pengambilan keputusan. Coaching juga mempengaruhi proses belajar siswa, membantu saya dalam membuat keputusan yang tepat yang mempengaruhi lingkungan belajar yang positif, kondusif serta lingkungan yang aman dan nyaman. Sesi coaching dengan Teknik coachingnya sangat membantu saya sebagai seorang guru untuk mengidentifikasi masalah dan menghasilkan keputusan yang tepat ketika menentukan dilema etika ataupun bujukan moral pada murid


4

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?


 

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika, hal ini dikarenakan pendidik dalam hal ini guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar siswanya serta mengelola kapasitas sosial dan emosionalnya dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Sesuai dengan koneksi materi antar modul maka

proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab membutuhkan keterampilan sosial- emosional seperti kepercayaan diri, kesadaran diri (self awarness), kesadaran sosial, dan keterampilan sosial. fiuru harus dapat mengenali berbagai pilihan dan kemungkinan hasil serta meminimalkan kesalahan/resiko dalam proses pengambilan keputusan, terutama masalah dilema etika dimana keduanya sama-sama memiliki nilai kebenaran atau sama-sama mengandung nilai kebajikan.

 

5

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

 

 

Pendidik yaitu guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu melihat setiap masalah yang dihadapinya baik di kelas mapun di sekolah. Bisa jadi kasus atau masalah yang dihadapi merupakan sebuah dilema etika atau bujukan moral. fiuru jaman now yang notabene merupakan guru di era merdeka belajar harus memiliki nilai pendidik yang inovatif, kolaboratif, mandiri, dan reflektif yang dapat membimbing peserta didik dalam mengambil keputusan dan mengenali potensi dirinya untuk mengatasi isu tantangan global. fiuru harus menyajikan pembelajaran dan melakukan pengambilan keputusan untuk kepentingan murid, menjunjung tinggi prinsip/nilai kita sendiri dan melakukan apa yang kita ingin orang lain lakukan terhadap kita. fiuru harus berusaha membuat keputusan yang bertanggung jawab dengan melakukan pengambilan dan pengujian pengambilan keputusan pada setiap masalah yang dihadapi. Jika seorang guru menghadapi masalah dilema etika yaitu nilai benar vs benar, maka guru harus melakukan analisa melalui 4 paradigma pengambilan keputusan dan 3 prinsip pengambilan keputusan serta melakukan tahapan dalam 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Kesembilan Langkah dalam pengujian pengambilan keputusan ini harus dilakukan secara urut dan sistematis agar menghasilkan keputusan yang berpihak pada murid, mengandung nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggung jawabkan.

 

6

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

 

Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya akan berdampak positif pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Hal ini dikarenakan melalui pengambilan keputusan yang tepat, maka akan menciptakan iklim lingkungan yang positif berdampak pada penciptaan lingkungan kondusif bahkan aman dan sangat nyaman untuk ditinggali. fiuru sebagai pendidik harus mengambil keputusan yang tepat yaitu berpihak pada murid, mengandung nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggung jawabkan. Jika keputusan yang diambil tepat sesuai penjelasan di atas maka lingkungan pasti akan menerima juga. Lalu muncul pertanyaan, bagaimana sebaiknya agar kita melakukan pengambilan keputusan yang tepat? Iya, hal yang

 

pertama yg wajib kita lakukan adalah mengenali terlebih dahulu masalah yg terjadi apakah masalah tadi termasuk dilema etika atau bujukan moral. Apabila masalah tadi adalah dilema etika, sebelum membuat sebuah keputusan kita wajib bisa menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga keputusan yg kita ambil bisa membangun lingkungan yg positif, kondusif, kondusif & nyaman buat muridnya. Intinya pengambilan keputusan yg sempurna terkait masalah dalam bujukan atau dilema etika hanya bisa dicapai bila dilakukan melalui 9 langkah pengambilan & pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa bila pengambilan keputusan dilakukan secara seksama melalui proses analisis perkara yg cermat dan akurat menggunakan 9 langkah tadi, maka keputusan tadi diyakini akan bisa mengakomodasi seluruh kepentingan kepada pihak-pihak yg terlibat, maka hal tadi akan berdampak dalam terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, kondusif dan nyaman.

 

7

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?


 

Dalam kasus dilema etika, pada dasarnya apapun keputusan yang kita ambil dapat dibenarkan secara moral. Akan tetapi perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pengambilan suatu keputusan. Kita harus berfikir hasil akhir dari keputusan kita yang sesuai dengan prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end based thinking), kita juga harus melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (berpikir berbasis peraturan-rule based thinking) serta kita harus menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman sesuai dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care based thinking)

 

8

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid- murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?


 

Merdeka belajar merupakan tujuan akhir dari pembelajaran yang kita lakukan. Merdeka belajar berarti siswa merdeka untuk mencapai kodrat alamnya (mengembangkan potensinya) dengan tetap meyesuaikan dengan kodrat zamannya, tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Siswa juga dapat mencapai kebahagiaannya sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga keputusan yang diambil tetap mengacu kepada kebahagiaan dan potensi yang dimiliki siswa.


9

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?


 

Guru adalah pemimpin pembelajaran yang juga diibaratkan sebagai pamong. Pamong diibaratkan seorang petani yang menyemai benih. Benih tersebut dapat tumbuh subur apabila dirawat, dan dijaga dengan baik. Demikian juga dengan murid, seorang guru bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi yang dimiliki murid sebagaimana petani yang menyemai benih untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga setiap keputusan guru tetap akan berpengaruh pada masa depan murid.

 

10

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?


 

Kesimpulan yang di dapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah :

      Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran.

      Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAfiJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).

      Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar Pancasila sebagai tujuan pokok dari pendidikan.

Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkan pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar

 

11

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?


 

Pemahaman saya tentang modul 3.1 adalah dilema etika merupakan dua keputusan yang sama- sama benar sedangkan bujukan moral adalah dua keputusan dimana salah satunya adalah keputusan yang salah. Jadi, jelas bahwa dilema etika adalah benar lawan benar sedangkan bujukan moral adalah keputusan yang benar melawan keputusan salah sehingga menjadi jelas bahwa dilemma etika ini berbeda dengan bujukan moral.

 

Sebagai seorang guru, saya sering menemui dan menghadapi situasi dimana harus mengambil keputusan yang terdapat pertentangan nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama memiliki nilai kebenaran. Keputusan sesulit apapun yang akan diambil, pada modul 3.1 sangat jelas bahwa sebagai guru kita memiliki pedoman dengan 3 unsur yang berpihak pada murid, mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi yang akan diterima dari keputusan yang diambil.

Kategori paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika antara lain sebagai berikut:

1.  Individu lawan kelompok (individual vs community)

2.  Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

3.   Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

4.   Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Seorang guru yang menjadi pemimpin pembelajaran juga dapat menganalisis suatu permasalahan berdasarkan 3 prinsip atau pendekatan dalam pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika, serta menilai dirinya memiliki kecenderungan menggunakan prinsip yang mana pada saat pengambilan keputusan. Ketiga prinsip tersebut adalah berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking), berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking). Di dalam suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru juga harus memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Ada 9 tahapan pengambilan dan pengujian keputusan yaitu sebagai berikut:

1.  Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan

2.  Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3.   Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini

4.   Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)

5.  Pengujian paradigma benar atau salah

6.  Prinsip pengambilan keputusan

7.  Investigasi trillema

8.   Membuat keputusan

9.  Meninjau kembali keputusan dan refleksikan

Hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ketika saya mengambil suatu keputusan saya hanya berpikir benar- salah, untung-rugi saja. Ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya mengambil sesuai pemikiran saya saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Karena selama ini saya cukup menyelesaikan semua kasus dengan musyawarah lalu mufakat dan memiliki resiko paling kecil.

12

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?


 

Sebelum mempelajari ini, saya banyak menjumpai kasus dilema etika dan bujukan moral. Saya langsung memutuskan semua kasus tanpa melakukan pengujian terlebih dahulu. Semua keputusan hanya didasarkan pada intuisi saya, nilai-nilai saya, dan pertimbangan saya terhadap orang lain. Jadi saat mempelajari modul 3.1, saya merasa bahwa pemikiran berbasis rasa peduli atau care based thinking adalah prinsip yang digunakan dalam pengambilan keputusan, terutama yang berkaitan dengan dilema etika. Dalam kasus dilema etika bahkan sering berakibat lingkungan kurang kondusif karena saya mengambil keputusan tanpa pengujian, kadang saya juga menggunakan uji panutan atau idola. Prosedur pengambilan keputusan saya tidak sama persis dengan konsep yang saya pelajari dalam modul, tetapi ada kesamaan. Ini berarti menganalisis unsur kebenaran lawan salah dan uji panutan dan idola.

 

13

Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?


 

Setelah saya mempelajari modul ini, saya menjadi lebih mantap, yakin dan percaya diri dalam mengambil keputusan terkait kasus dilema etika, terutama sebagai pemimpin pembelajaran. Setelah melalui proses analisa paradigma dan prinsip pengambilan keputusan serta pengujian keputusan melalui sembilan langkah ini, saya merasa lebih percaya diri karena saya tahu keputusan saya benar dan efektif. Sehingga dengan melakukan tahapan yang tepat akan meminimalisir dampak negatif terhadap pengambilan keputusan yang telah saya ambil karena telah melalui tahapan yang seharusnya. Keputusan yang saya ambil juga saya usahakan berpihak pada murid. Segala keputusan yang saya ambil kini lebih berdampak positif terhadap lingkungan sehingga lingkungan nyaman, aman dan kondusif. Melalui 9 langkah pengujian

dalam pengambilan keputusan, saya merasa semua lebih tertata dan terbantu dalam setiap penyelesaian kasus dilema etika yang saya hadapi.

 

14

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?


 

Menurut saya sangat penting karena hal ini sangat membantu saya dalam pengambilan keputusan pada kasus dilema etika. Secara individu sebagai guru ataupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah, kini saya dapat membuat keputusan yang benar dan efektif serta menghindari pengambilan keputusan yang ceroboh atau merugikan orang banyak. Sebelum saya mendapat pengetahuan tentang pengambilan keputusan, saya merasa bahwa banyak hal dan keputusan yang saya buat tidak didasarkan pada cara berpikir yang jelas dan terstruktur serta mindfulness. Akan tetapi sekarang saya lebih terbantu dalam membuat keputusan yang tepat. Sekarang saya lebih percaya diri memutuskan segala kasus baik dilema etika dan bujukan moral dengan menggunakan sembilan langkah pengambilan keputusan. Saya semakin percaya diri dalam membuat keputusan yang tepat. Saya akan segera mengimplementasikan keterampilan membuat keputusan sesuai modul 3.1 dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh akan membutuhkan lebih banyak Latihan. Practice make perfect!

 


Komentar

  1. Pemaparan sangat jelas dan sangat membantu peminpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan melalui 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan dan pengujian keputusan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gelar Sosialisasi Program Sekolah untuk Wali Murid Baru

PEMBUATAN MINIATUR POHON DARI BAHAN PLASTIK ATAU BAHAN BEKAS DI SMPN 1 KADUR