Koneksi Antar Materi Modul 3.1
Oleh : Hasan Basri
CGP Angkatan 10 Kelas 168 SMP Negeri 1 Kadur Pamekasan
Pertanyaan Pemantik Bacalah
kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya: “Mengajarkan
anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama
adalah yang terbaik” (Teaching
kids to count is fine but teaching them what counts is best). Bob
Talbert |
|
|
1.
Dari
kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda
pelajari saat ini? Kutipan ini menyoroti pentingnya
pendidikan yang holistik. Memang, mengajarkan anak-anak untuk menghitung
(keterampilan dasar) adalah langkah awal yang baik. Namun, yang jauh lebih
berharga adalah mengajarkan mereka tentang nilai-nilai, etika, dan apa yang
benar-benar penting dalam hidup. Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya
sebatas kognitif (pengetahuan), tetapi juga mencakup aspek afektif (sikap)
dan psikomotorik (keterampilan). Kutipan ini sangat relevan dengan konsep
pendidikan karakter yang semakin digalakkan saat ini, kita harus mengedepankan etika sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan karena bersumber dari
nilai-nilai kebajikan universal. Selain itu, keputusan yang kita ambil
haruslah berpihak pada murid. |
|
2. Bagaimana nilai-nilai atau
prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat
memberikan dampak pada lingkungan kita? Nilai-nilai dan prinsip yang kita anut
dalam pengambilan keputusan memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap
lingkungan kita. Setiap keputusan yang kita buat, baik dalam skala kecil
maupun besar, memiliki konsekuensi terhadap lingkungan sekitar. Maka daritu,
setiap pengambilan keputusan memang harus dipikirkan terlebih dahulu
konsekuensi jangka pendek dan jangka panjangnya. |
|
3. Bagaimana Anda sebagai seorang
pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid,
dalam pengambilan keputusan Anda? Sebagai
seorang pemimpin pembelajaran kita harus peka terhadap fenomena
yang terjadi di sekolah kita dan harus mampu memberikan kontribusi dalam
pengambilan keputusan utamanya dalam proses pembelajaran murid. Keputusan
yang diambil haruslah sesuai dengan dasar pengambilan keputusan yaitu
berpihak pada murid, bersumber pada nilai kebajikan universal dan
bertanggungj awab. Dengan demikian secara tidak langsung kita telah
memberikan contoh dan teladan kepada murid bagaimanam Mengambil keputusan
yang bijak, arif dan bertanggung jawab. |
| 4. Menurut
Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses
pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda. Education
is the art of making man ethical. Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat
manusia menjadi berperilaku etis. ~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~ Pendidikan bertujuan membuat manusia
dari tidak tahu menjadi tahu. Bukan sekedar tentang mengajarkan pengetahuan
dan keterampilan saja, tetapi juga membentuk karakter. Dengan berlandaskan
etika dalam berperilaku, akan menjadi
teladan dan akan mewarnai proses pembelajaran di kelas dan dalam
pengambilan keputusan. |
| |
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN
SEBAGAI SEORANG PEMIMPIN. |
|
1 |
Bagaimana filosofi Ki Hajar
Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan
keputusan sebagai seorang pemimpin? |
|
Pratap Triloka dalam filosofi Ki
Hajar Dewantara (KHD) memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Semboyan yang pernah dicetuskan oleh
KHD dan sampai saat ini masih menjadi landasan berpijak pendidik adalah Ing Ngarso
Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya
Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat
dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu
memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (fiuru)
harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari
tengah juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang
muridnya. KHD berpandangan bahwa sebagai
seorang guru harus memberikan teladan atau contoh praktik baik kepada murid.
Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau
usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa dan
pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil
keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. fiuru hanya sebagai pamong
yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi
Pratap Triloka Tut Wuri Handayani. KHD memberikan semboyan yang
sangat fenomenal dan memiliki makna mendalam yang menjadi landasan dalam
setiap pengambilan keputusan selalu berpihak kepada murid untuk menjadikan
generasi cerdas dan berkarakter profil pelajar Pancasila. Implementasi dalam pembelajaran
adalah segala konten dan proses pembelajaran hendaknya berpihak pada murid.
fiuru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, namun juga guru
mentransfer nilai -nilai kebajikan dapat kita sampaikan secara terus menerus
dengan eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan disetiap pengambilan
keputusan. |
2 |
Bagaimana
nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-
prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
|
|
Sebagai pendidik, fiuru harus
memiliki nilai-nilai positif yang mampu menciptakan pembelajaran yang
berpihak pada murid seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta
berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang
teguh ketika berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan
dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi
dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar
melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama
untuk mengambil keputusan yang benar. Nilai-nilai kebajikan yang
tertanam dalam diri pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan.
Sebagai manusia yang beragama, kita yakin apapun yang kita lakukan, kelak
akan dimintai pertanggungjawaban, begitu pula dengan pengambilan keputusan.
Nilai kejujuran, integritas sebagi
pendidik akan tergambar dalam keteladanan dan kebijakan – kebijakan yang
diambil dalam setiap keputusan. Keputusan tepat yang diambil
tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan
dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil
keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu
memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Nilai-nilai
positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid
adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi social emosional
kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan
berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk
meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi. |
3 |
Bagaimana materi pengambilan
keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan
pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita,
terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah
pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-
pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini
tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada
sebelumnya. |
|
Dalam materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping
atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran, saya merasa bahwa
pengambilan keputusan yang saya lakukan sudah efektif. Dalam koneksi materi
pengambilan keputusan dengan keterampilan coaching, di sini coach harus
memiliki keterampilan menggali kemampuan orang lain dalam memecahkan suatu
masalah yang dihadapi coachee. Keterampilan coaching tersebuat diantaranya
yaitu: mampu memberikan pertanyaan yang berbobot, memiliki pembawaan yang
positif, kemampuan mendengarkan dan memotivasi, bisa memandu percakapan,
berkomitmen untuk terus belajar. Pendekatan coaching sistem among dapat
diterapkan dengan menggunakan metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T:
Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana aksi, dan TA: Tanggung jawab. Lanjut dengan pertanyaan
berikutnya, di sini saya merasa bahwa kegiatan coaching yang diberikan
fasilitator membantu saya berlatih mengevaluasi pilihan yang saya buat.
Apakah keputusan yang saya buat itu sudah berpihak pada siswa, apakah sudah
sesuai dengan kebajikan universal, apakah keputusan itu dapat dipertanggung
jawabkan? fiuru harus dapat menggali potensi siswanya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan sehingga mereka dapat menemukan potensi yang terpendam
dalam dirinya untuk memecahkan masalahnya sendiri. Keterampilan coaching
membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan untuk
memprediksi hasil dan pilihan yang berbeda untuk pengambilan keputusan.
Coaching juga mempengaruhi proses belajar siswa, membantu saya dalam membuat
keputusan yang tepat yang mempengaruhi lingkungan belajar yang positif,
kondusif serta lingkungan yang aman dan nyaman. Sesi coaching dengan Teknik
coachingnya sangat membantu saya sebagai seorang guru untuk mengidentifikasi
masalah dan menghasilkan keputusan yang tepat ketika menentukan dilema etika
ataupun bujukan moral pada murid |
4 |
Bagaimana
kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan
berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika? |
|
Kemampuan guru dalam mengelola dan
menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan
suatu keputusan khususnya masalah dilema etika, hal ini dikarenakan pendidik
dalam hal ini guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar
siswanya serta mengelola kapasitas sosial dan emosionalnya dalam pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Sesuai dengan koneksi materi antar
modul maka proses pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab membutuhkan keterampilan sosial- emosional seperti
kepercayaan diri, kesadaran diri (self awarness), kesadaran sosial, dan
keterampilan sosial. fiuru harus dapat mengenali berbagai pilihan dan
kemungkinan hasil serta meminimalkan kesalahan/resiko dalam proses
pengambilan keputusan, terutama masalah dilema etika dimana keduanya
sama-sama memiliki nilai kebenaran atau sama-sama mengandung nilai kebajikan. |
5 |
Bagaimana pembahasan studi kasus
yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang
dianut seorang pendidik?
|
|
Pendidik yaitu guru sebagai
pemimpin pembelajaran harus mampu melihat setiap masalah yang dihadapinya
baik di kelas mapun di sekolah. Bisa jadi kasus atau masalah yang dihadapi
merupakan sebuah dilema etika atau bujukan moral. fiuru jaman now yang notabene
merupakan guru di era merdeka belajar harus memiliki nilai pendidik yang
inovatif, kolaboratif, mandiri, dan reflektif yang dapat membimbing peserta
didik dalam mengambil keputusan dan mengenali potensi dirinya untuk mengatasi
isu tantangan global. fiuru harus menyajikan pembelajaran dan melakukan
pengambilan keputusan untuk kepentingan murid, menjunjung tinggi
prinsip/nilai kita sendiri dan melakukan apa yang kita ingin orang lain
lakukan terhadap kita. fiuru harus berusaha membuat keputusan yang bertanggung
jawab dengan melakukan pengambilan dan pengujian pengambilan keputusan pada
setiap masalah yang dihadapi. Jika seorang guru menghadapi masalah dilema
etika yaitu nilai benar vs benar, maka guru harus melakukan analisa melalui 4
paradigma pengambilan keputusan dan 3 prinsip pengambilan keputusan serta
melakukan tahapan dalam 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Kesembilan
Langkah dalam pengujian pengambilan keputusan ini harus dilakukan secara urut
dan sistematis agar menghasilkan keputusan yang berpihak pada murid,
mengandung nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggung jawabkan. |
6 |
Bagaimana pengambilan keputusan
yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman.
|
|
Pengambilan keputusan yang tepat,
tentunya akan berdampak positif pada terciptanya lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman. Hal ini dikarenakan melalui pengambilan keputusan
yang tepat, maka akan menciptakan iklim lingkungan yang positif berdampak
pada penciptaan lingkungan kondusif bahkan aman dan sangat nyaman untuk
ditinggali. fiuru sebagai pendidik harus mengambil keputusan yang tepat yaitu
berpihak pada murid, mengandung nilai kebajikan universal dan dapat
dipertanggung jawabkan. Jika keputusan yang diambil tepat sesuai penjelasan
di atas maka lingkungan pasti akan menerima juga. Lalu muncul pertanyaan,
bagaimana sebaiknya agar kita melakukan pengambilan keputusan yang tepat?
Iya, hal yang pertama yg wajib kita lakukan
adalah mengenali terlebih dahulu masalah yg terjadi apakah masalah tadi
termasuk dilema etika atau bujukan moral. Apabila masalah tadi adalah dilema
etika, sebelum membuat sebuah keputusan kita wajib bisa menganalisa pengambilan
keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan, sehingga keputusan yg kita ambil bisa membangun
lingkungan yg positif, kondusif, kondusif & nyaman buat muridnya. Intinya
pengambilan keputusan yg sempurna terkait masalah dalam bujukan atau dilema
etika hanya bisa dicapai bila dilakukan melalui 9 langkah pengambilan &
pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa bila pengambilan keputusan
dilakukan secara seksama melalui proses analisis perkara yg cermat dan akurat
menggunakan 9 langkah tadi, maka keputusan tadi diyakini akan bisa
mengakomodasi seluruh kepentingan kepada pihak-pihak yg terlibat, maka hal
tadi akan berdampak dalam terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,
kondusif dan nyaman. |
7 |
Apakah
tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan
keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan
perubahan paradigma di lingkungan Anda? |
|
Dalam
kasus dilema etika, pada dasarnya apapun keputusan yang kita ambil dapat
dibenarkan secara moral. Akan tetapi perlu memperhatikan prinsip-prinsip
dalam pengambilan suatu keputusan. Kita harus berfikir hasil akhir dari
keputusan kita yang sesuai dengan prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end
based thinking), kita juga harus melihat peraturan yang mendasari keputusan
yang kita ambil (berpikir berbasis peraturan-rule based thinking) serta kita
harus menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman sesuai
dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care based thinking) |
8 |
Apakah
pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang
memerdekakan murid- murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang
tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda? |
|
Merdeka belajar merupakan tujuan
akhir dari pembelajaran yang kita lakukan. Merdeka belajar berarti siswa
merdeka untuk mencapai kodrat alamnya (mengembangkan potensinya) dengan tetap
meyesuaikan dengan kodrat zamannya, tanpa ada tekanan dari pihak manapun.
Siswa juga dapat mencapai kebahagiaannya sesuai dengan potensi yang
dimilikinya, sehingga keputusan yang diambil tetap mengacu kepada kebahagiaan
dan potensi yang dimiliki siswa. |
9 |
Bagaimana
seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-muridnya? |
|
Guru adalah pemimpin pembelajaran
yang juga diibaratkan sebagai pamong. Pamong diibaratkan seorang petani yang
menyemai benih. Benih tersebut dapat tumbuh subur apabila dirawat, dan dijaga
dengan baik. Demikian juga dengan murid, seorang guru bertanggung jawab untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki murid sebagaimana petani yang menyemai
benih untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga setiap keputusan guru tetap
akan berpengaruh pada masa depan murid. |
10 |
Apakah kesimpulan akhir yang dapat
Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan
modul-modul sebelumnya? |
|
Kesimpulan yang di dapat dari pembelajaran modul ini yang
dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah : ● Pengambilan keputusan adalah suatu
kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan
kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin
pembelajaran. ● Pengambilan keputusan harus
berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAfiJA yang akan
mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well
being). ● Dalam pengambilan keputusan
seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk
menghantarkan muridnya menuju profil pelajar Pancasila sebagai tujuan pokok
dari pendidikan. Dalam perjalanannya menuju profil
pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga
diperlukan panduan sembilan langkan pengambilan dan pengujian keputusan untuk
memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada
murid demi terwujudnya merdeka belajar |
11 |
Sejauh mana pemahaman Anda tentang
konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan
bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan
keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal
yang menurut Anda di luar dugaan? |
|
Pemahaman saya tentang modul 3.1
adalah dilema etika merupakan dua keputusan yang sama- sama benar sedangkan
bujukan moral adalah dua keputusan dimana salah satunya adalah keputusan yang
salah. Jadi, jelas bahwa dilema etika adalah benar lawan benar sedangkan
bujukan moral adalah keputusan yang benar melawan keputusan salah sehingga
menjadi jelas bahwa dilemma etika ini berbeda dengan bujukan moral. Sebagai seorang guru, saya sering
menemui dan menghadapi situasi dimana harus mengambil keputusan yang terdapat
pertentangan nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama memiliki nilai
kebenaran. Keputusan sesulit apapun yang akan diambil, pada modul 3.1 sangat
jelas bahwa sebagai guru kita memiliki pedoman dengan 3 unsur yang berpihak
pada murid, mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal, dan
bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi yang akan diterima dari
keputusan yang diambil. Kategori paradigma yang terjadi
pada situasi dilema etika antara lain sebagai berikut: 1.
Individu lawan kelompok (individual vs community) 2. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs
loyalty) 3. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice
vs mercy) 4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short
term vs long term) Seorang guru yang menjadi pemimpin
pembelajaran juga dapat menganalisis suatu permasalahan berdasarkan 3 prinsip
atau pendekatan dalam pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika,
serta menilai dirinya memiliki kecenderungan menggunakan prinsip yang mana
pada saat pengambilan keputusan. Ketiga prinsip tersebut adalah berpikir
berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking), berpikir berbasis peraturan
(Rule-Based Thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based
Thinking). Di dalam suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan
pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki
konsekuensi. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap
keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai
kebajikan universal, serta berpihak pada murid. Sebagai seorang pemimpin
pembelajaran, guru juga harus memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah
keputusan yang tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian untuk
mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip
dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Ada 9 tahapan
pengambilan dan pengujian keputusan yaitu sebagai berikut: 1.
Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan 2.
Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini 3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
dalam situasi ini 4. Pengujian benar atau salah (uji legal, uji
regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola) 5.
Pengujian paradigma benar atau salah 6.
Prinsip pengambilan keputusan 7.
Investigasi trillema 8. Membuat keputusan 9.
Meninjau kembali keputusan dan refleksikan Hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ketika saya
mengambil suatu keputusan saya hanya berpikir benar- salah, untung-rugi saja.
Ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya mengambil sesuai pemikiran
saya saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah
pengujian pengambilan keputusan. Karena selama ini saya cukup menyelesaikan
semua kasus dengan musyawarah lalu mufakat dan memiliki resiko paling kecil. |
12 |
Sebelum
mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan
sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya
dengan apa yang Anda pelajari di modul ini? |
|
Sebelum mempelajari ini, saya
banyak menjumpai kasus dilema etika dan bujukan moral. Saya langsung
memutuskan semua kasus tanpa melakukan pengujian terlebih dahulu. Semua
keputusan hanya didasarkan pada intuisi saya, nilai-nilai saya, dan
pertimbangan saya terhadap orang lain. Jadi saat mempelajari modul 3.1, saya
merasa bahwa pemikiran berbasis rasa peduli atau care based thinking adalah
prinsip yang digunakan dalam pengambilan keputusan, terutama yang berkaitan
dengan dilema etika. Dalam kasus dilema etika bahkan sering berakibat
lingkungan kurang kondusif karena saya mengambil keputusan tanpa pengujian,
kadang saya juga menggunakan uji panutan atau idola. Prosedur pengambilan
keputusan saya tidak sama persis dengan konsep yang saya pelajari dalam
modul, tetapi ada kesamaan. Ini berarti menganalisis unsur kebenaran lawan
salah dan uji panutan dan idola. |
13 |
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda,
perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum
dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini? |
|
Setelah saya mempelajari modul
ini, saya menjadi lebih mantap, yakin dan percaya diri dalam mengambil
keputusan terkait kasus dilema etika, terutama sebagai pemimpin pembelajaran.
Setelah melalui proses analisa paradigma dan prinsip pengambilan keputusan
serta pengujian keputusan melalui sembilan langkah ini, saya merasa lebih
percaya diri karena saya tahu keputusan saya benar dan efektif. Sehingga
dengan melakukan tahapan yang tepat akan meminimalisir dampak negatif
terhadap pengambilan keputusan yang telah saya ambil karena telah melalui
tahapan yang seharusnya. Keputusan yang saya ambil juga saya usahakan
berpihak pada murid. Segala keputusan yang saya ambil kini lebih berdampak
positif terhadap lingkungan sehingga lingkungan nyaman, aman dan kondusif. Melalui
9 langkah pengujian dalam pengambilan keputusan, saya
merasa semua lebih tertata dan terbantu dalam setiap penyelesaian kasus
dilema etika yang saya hadapi. |
14 |
Seberapa
penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan
Anda sebagai seorang pemimpin? |
|
Menurut saya sangat penting karena
hal ini sangat membantu saya dalam pengambilan keputusan pada kasus dilema
etika. Secara individu sebagai guru ataupun sebagai pemimpin pembelajaran di
sekolah, kini saya dapat membuat keputusan yang benar dan efektif serta
menghindari pengambilan keputusan yang ceroboh atau merugikan orang banyak.
Sebelum saya mendapat pengetahuan tentang pengambilan keputusan, saya merasa
bahwa banyak hal dan keputusan yang saya buat tidak didasarkan pada cara
berpikir yang jelas dan terstruktur serta mindfulness. Akan tetapi sekarang
saya lebih terbantu dalam membuat keputusan yang tepat. Sekarang saya lebih
percaya diri memutuskan segala kasus baik dilema etika dan bujukan moral
dengan menggunakan sembilan langkah pengambilan keputusan. Saya semakin
percaya diri dalam membuat keputusan yang tepat. Saya akan segera
mengimplementasikan keterampilan membuat keputusan sesuai modul 3.1 dan
menerapkan pengetahuan yang diperoleh akan membutuhkan lebih banyak Latihan.
Practice make perfect! |
Pemaparan sangat jelas dan sangat membantu peminpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan melalui 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan dan pengujian keputusan
BalasHapusTerima Kasih atas Masukannya
BalasHapus